Ramadhan,
Bulan yang penuh berkah bagi umat muslim di seluruh dunia memberikan
suasana yang sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Tanpa bulan ini, tidak,
membayangkan tidak ada bulan Ramadhan setiap tahun saja aku tidak bisa
menemukan kata-kata yang tepat. Ya, sebegitu indahnya lah Ramadhan bagi seluruh
umat muslim yang beriman kepada Allah SWT. Mungkin memang tidak semua, sebagian
masih belum bisa memaknai Ramadhan sebagai Ramadhan yang terakhir dalam
hidupnya.
![]() |
Source : http://goo.gl/ww55Xg |
Aku pernah kehilangan, kehilangan sahabat yang begitu aku
percaya. Betul kata pepatah, oh maksudku, betul kata “Quotes” yang sering dipajang
di social media, kepercayaan yang sudah dirusak seperti kertas yang sudah
diremas. Tidak akan pernah kembali rapih seperti sebelumnya. Tapi, ternyata
kehilangan sahabat tidak seburuk saat aku kehilangan Ramadhan. Hal yang lebih
bodoh lagi, aku baru menyadarinya beberapa bulan setelah Ramadhan berakhir.
Ternyata, Ramadhanku tahun lalu, telah aku sia-siakan begitu saja.
Manusia mana yang saat sedang berada pada puncak gairahnya
dalam melakukan sesuatu, menjadi lupa akan hal yang sangat mutlak adanya. Jawabannya,
sebagian manusia terlalu asik untuk menikmati hidupnya yang sedang berada di
puncak gairahnya. Bukan berarti kesuksesan yang diraih, tapi bagaimana
bahagianya dia melakukan sesuatu sampai hal lain tidak dipikirkannya. Aku
pernah. Bahkan sampai aku kehilangan Ramadhan tahun lalu.
“oh ya, masih ada besok”
“oh ya, Ramadhan masih 20 hari lagi kok”
“oh ya, nanti saja kalau weekend dan waktunya memang sempat”
“oh ya, gimana kalau buka bersama”
“oh ya, bla bla bla”
Selalu ada banyak alasan ketika ajakan untuk menjalankan
amalan di bulan suci Ramadhan menghampiriku. Setelah merenung tentang apa yang sudah
dilakukan di tahun lalu, pada akhirnya kesimpulan membuat kalimat “Ramadhan-mu
tidak ada artinya” keluar dari benakku saat ini. Ya, tahun lalu, aku sudah
kehilangan Ramadhan.
Ajakan-ajakan untuk mendengarkan ceramah walau hanya 15-30
menit selalu kutepis dengan alasan tubuh ini selalu dilanda kantuk karena harus
berjuang untuk tetap membuka mata sampai aku sampai di kantor. Benar saja,
hampir setiap siang yang aku lewati di kantor selalu kuisi dengan tidur selama
20-30 menit. Kajian demi kajian selalu disodorkan bagi seluruh karyawan yang mau
mendengarkannya di masjid. Begitu pula saat berbuka puasa, aku masih
menghabiskan waktu di gerbong kereta dan membatalkan puasa dengan sebotol air
yang manis. Berlanjut sampai stasiun pemberhentian terakhir, kusambung dengan
mengendarai motor sampai di rumah, dan pada akhirnya sholat tarawih berjamaah
sudah dimulai bahkan sebelum aku sampai di rumah. Selalu begitu selama hari
kerja.
Kukira hari libur akan terasa berbeda, tapi setelah kuputar
ulang memory-ku, astaga! hampir selama 4 minggu berpuasa di bulan Ramadhan,
hari libur kupakai untuk bersenda gurau dengan teman-teman saat moment buka
puasa bersama. Satu waktu tarawih pun kutinggalkan (lagi). Oh ya, satu waktu
kebersamaan dengan keluarga sudah kutinggalkan lagi.
![]() |
Source : http://goo.gl/tAc0Ke |
Kau tau, apa yang kurindukan setelah masih dipertemukan
dengan Ramadhan tahun ini?
Adalah moment-moment yang tidak terlalu penting saat aku dan
adikku berjalan sore untuk mencari takjil berbuka puasa. Atau moment-moment
dimana aku berebutan untuk menjadi
siapa-yang-keluar-rumah-belakangan-dan-kunci-pintunya sebelum berangkat shalat
tarawih dengan ibu dan adikku. Bukan moment-moment berbuka bersama dengan
teman-teman sejawat saat sekolah dulu.
Kau tau, silaturahmi tidak harus membuatmu meninggalkan
moment berharga Ramadhan-mu.
Kapan lagi kau merasa sangat ngantuk saat imam shalat
tarawih membaca surat-surat yang panjang? Kapan lagi kau bisa sisihkan waktumu
dengan keluargamu yang selalu merawat dan menunggumu di rumah? Kapan lagi kau
bisa bertemu dengan Ramadhan jika tahun berikutnya kau sudah tutup usia?
Ramadhan terlalu indah untuk kau ganti dengan moment berbuka
puasa bersama yang terlalu sering kau datangi. Ramadhan terlalu indah untuk kau
ganti dengan tidur sepanjang hari tanpa melakukan satu manfaat sekalipun untuk
dirimu. Ramadhan masih terlalu indah untuk kau ganti dengan lembur kerjamu. Ramadhan
masih terlalu indah untuk sekedar kau isi hanya dengan puasa menahan lapar dan
dahaga. Ramadhan memang masih terlalu indah untuk diucapkan dalam sebuah
tulisan saja.
Makna Ramadhan tidak ada yang tahu seperti apa. Masing-masing
manusia bahkan memiliki makna yang berbeda satu sama lainnya. Bagi sebagian
orang, Ramadhan terlalu berat untuk berpuasa di saat pekerjaan yang begitu
keras sedang menanti di puing-puing bangunan. Bagi sebagian lainnya, Ramadhan
ini terasa mudah karena dijalani dengan ikhlas dan karena Allah SWT. Bagi sebagian
lainnya, Ramadhan ini hanya bulan biasa dimana kau harus menahan lapar dan
dahaga saja. Entahlah, semuanya memiliki makna yang berbeda satu sama lain.
Jadi, jangan sampai kau kehilangan Ramadhan kali ini. Tidak,
bukan kau saja, aku pun tidak mau kehilangan Ramadhan kali ini seperti aku
kehilangannya tahun lalu. Sesak rasanya memikirkan jika di tahun berikutnya
bahkan kau tidak diizinkan bertemu dengan bulan terindah-Nya.
0 coment�rios